SISTEM BILANGAN
SISTEM BILANGAN
Sistem bilangan adalah kode atau simbol
yang digunakan untuk menerangkan sejumlah hal secara detail. Sistem bilangan
adalah bahasa yang berisi satu set pesan simbul-simbul yang berupa angka dengan
batasan untuk operasi aritmatika penjumlahan, perkalian dan yang lainnya. Pada
sistem bilangan terdapat bilangan integer dan bilangan pecahan dengan titik
radix “.”.
(N) r = [ (bagian integer . bagian
pecahan) r)
Titik radix
2.1. Sistem Bilangan Biner
Sistem bilangan biner adalah suatu sistem
atau cara menghitung bilangan dengan hanya menggunakan dua simbol angka yaitu
‘0’ dan ‘1’, bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis atau
radix 2 .Sistem bilangan biner digunakan untuk mempresentasikan alat yang
mempunyai dua keadaan operasi yang dapat dioperasikan dalam dua keadaan
ekstrim. Contoh switch dalam keadaan terbuka atau tertutup, lampu pijar dalam
keadaan terang atau gelap, dioda dalam keadaan menghantar atau tidak
menghantar, transistor dalam keadaan cut off atau saturasi, fotosel dalam
keadaan terang atau gelap, thermostat dalam keadaan terbuka atau tertutup, Pita
magnetik dalam keadaan magnet atau demagnet.
2.2. Sistem Bilangan Desimal.
Sistem bilangan desimal adalah suatu
sistem atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan sepuluh simbol angka
yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’ dan ‘9’ bilangan ini sering disebut
dengan sistem bilangan berbasis atau radix 10. Sistem bilangan desimal kurang
cocok digunakan untuk sistem digital karena sangat sulit merancang pesawat
elektronik yang dapat bekerja dengan 10 level (tiap-tiap level menyatakan
karakter desimal mulai 0 sampai 9)
Sistem bilangan desimal adalah positional-value
system,dimana nilai dari suatu digit tergantung
dari posisinya. Nilai yang terdapat pada kolom
ketiga pada Tabel 2.1., yaitu A, disebut satuan,
kolom kedua yaitu B disebut puluhan, C disebut ratusan, dan seterusnya. Kolom
A, B, C menunjukkan kenaikan pada eksponen dengan basis 10 yaitu 100 =
1, 101 = 10, 102 = 100. Dengan cara yang sama,
setiap kolom pada sistem bilangan biner yang berbasis 2, menunjukkan eksponen dengan
basis 2, yaitu 20 = 1, 21 = 2, 22=
4, dan seterusnya.
Kolom decimal
|
Kolom biner
|
||||
C
102 = 100
(ratusan)
|
B
101 = 10
(puluhan)
|
A
100 = 1
(satuan)
|
C
22 = 4
(empatan)
|
B
21 = 2
(duaan)
|
A
20 = 1
(satuan)
|
Tabel 2.1. Nilai Bilangan Desimal dan
Biner
Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan
disebut least significant bit (LSB), dan bit paling kiri
disebut most significant bit (MSB).
Untuk membedakan bilangan pada sistem yang berbeda
digunakan subskrip. Sebagai contoh 910menyatakan bilangan sembilan
pada sistem bilangan desimal, dan 011012 menunjukkan 01101 pada sistembilangan biner.
Subskrip tersebut sering diabaikan jika sistem bilangan yang dipakai sudah
jelas.
2.3. Sistem Bilangan Oktal.
Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem
atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan delapan simbol angka
yaitu ‘0’ ,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,dan ’7’ bilangan ini sering disebut dengan
sistem bilangan berbasis atau radix 8. Sistem bilangan oktal digunakan sebagai
alternatif untuk menyederhanakan sistem pengkodean biner. Karena 8 = 23,
maka satu (1) digit oktal dapat mewakili tiga (3) digit biner.
2.4. Sistem Bilangan Heksadesimal.
Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu
sistem atau cara menghitung bilangan dengan menggunakan 16 simbol yaitu ‘0’
,‘1’, ‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’,’9’,
’A’,’B’, ’C’,’D’,’E’, dan ‘F’ bilangan ini sering
disebut dengan sistem bilangan berbasis atau radix 16. Identik dengan sistem
bilangan oktal, sistem bilangan heksadesimal juga digunakan untuk
alternatif penyederhanaan sistem pengkodean biner. Karena 16 = 24,
maka satu (1) digit heksadesimal dapat mewakili empat (4) digit biner.
2.5. Konversi Bilangan
2.5.1. Konversi
bilangan desimal ke biner.
Cara untuk mengubah bilangan desimal ke biner adalah dengan membagi bilangan desimal yang akan
diubah, secara berturut-turut dengan pembagi 2, dengan
memperhatikan sisa pembagiannya. Sisa pembagian akan bernilai 0 atau 1, yang
akan membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir menunjukkan MSBnya.
Sebagai contoh, untuk mengubah 5210 menjadi bilangan biner,
diperlukan langkah-langkah berikut :
52/2 = 26 sisa 0, LSB
26/2 = 13 sisa 0
13/2 = 6 sisa 1
6/2 = 3 sisa
0
3/2 = 1 sisa
1
½
= 0 sisa 1, MSB
Sehingga bilangan
desimal 5210 dapat diubah menjadi bilangan biner
1101002.
Cara di atas juga bisa digunakan untuk mengubah sistem
bilangan yang lain, yaitu oktal atau heksadesimal.
Desimal
|
Biner
|
||
C (MSB)
(4)
|
B
(2)
|
A (LSB)
(1)
|
|
0
1
2
3
4
5
6
7
|
0
0
0
0
1
1
1
1
|
0
0
1
1
0
0
1
1
|
0
1
0
1
0
1
0
1
|
Tabel 2.2. Daftar Bilangan Desimal dan
Bilangan Biner Ekivalensinya
2.5.2. Konversi
bilangan desimal ke oktal.
Teknik pembagian yang berurutan dapat digunakan untuk
mengubah bilangan desimal menjadi bilangan oktal. Bilangan desimal yang akan
diubah secara berturut-turut dibagi dengan 8 dan sisa pembagiannya harus selalu
dicatat. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 581910 ke
oktal, langkah-langkahnya adalah :
5819/8 =
727, sisa 3, LSB
727/8 =
90, sisa 7
90/8 =
11, sisa 2
11/8 =
1, sisa 3
1/8
= 0,
sisa 1, MSB
Sehingga 581910 =
132738
2.5.3. Konversi
bilangan desimal ke heksadesimal.
Teknik pembagian yang berurutan dapat juga digunakan untuk
mengubah bilangan desimal menjadi bilangan heksadesimal. Bilangan desimal yang akan
diubah secara berturut-turut dibagi dengan 16 dan sisa pembagiannya
harus selalu dicatat. Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan 340810 menjadi
bilangan heksadesimal, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3409/16 = 213,
sisa 110
= 116, LSB
213/16 = 13,
sisa 510
= 516
13/16 = 0,
sisa 1310
= D16, MSB
Sehingga, 340910 =
D5116.
2.5.4. Konversi
bilangan biner ke desimal.
Seperti yang terlihat pada tabel 2.1.
sistem bilangan biner adalah suatu sistem posisional dimana tiap-tiap digit
(bit) biner mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas posisinya terhadap titik
biner seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3.
24
|
23
|
22
|
21
|
20
|
2-1
|
2-2
|
2-3
|
Bobot
tiap-tiap bit biner
|
Titik
biner
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
0.5
|
0.25
|
0.125
|
Ekivalensinya dalam desimal
|
Titik
desimal
Tabel 2.3. Daftar Bobot tiap bit Bilangan Biner dan
Ekivalensinya dalam desimal
Oleh karena itu bilangan biner dapat
dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot dari
masing-masing posisinya yang bernilai 1.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan biner 1100112 menjadi bilangan desimal dapat dilakukan sebagai berikut:
1
1 0
0 1
1
Biner
25 + 24 +
21 + 20
32 + 16
+
2 + 1 =
51
Desimal
Sehingga
bilangan biner
1100112 berubah menjadi bilangan desimal 5110.
Tabel 2.4. adalah contoh perubahan beberapa bilangan
biner menjadi bilangan desimal.
Biner
|
Kolom biner
|
Desimal
|
|||||
32
|
16
|
8
|
4
|
2
|
1
|
||
1110
1011
11001
10111
110011
|
-
-
-
-
1
|
-
-
1
1
1
|
1
1
1
0
0
|
1
0
0
1
0
|
1
1
0
1
1
|
0
1
1
1
1
|
8 + 4 + 2 + 0 =14
8 + 0 + 2
+ 1 =11
16+ 8 + 0 + 0 + 1 =25
16+
0 + 4 + 2 + 1 =23
32+16+ 0 + 0 + 2 + 1 = 51
|
Tabel 2.4. Contoh Pengubahan Bilangan
Biner menjadi Desimal
Cara lain untuk mengkonversikan bilangan biner menjadi
bilangan desimal dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan angka 2 dengan
pangkat koefisien biner yang berharga 1. Sebagai contoh,
untuk mengubah bilangan 101112 menjadi bilangan
desimal, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
101112 = 1x 24 +
0x 23 + 1x 22 + 1x 21 + 1x 20 =
2310
2.5.5. Konversi
bilangan biner ke oktal.
Konversi dari bilangan biner
ke bilangan oktal dilakukan dengan mengelompokkan setiap tiga digit biner
dimulai dari digit paling kanan(LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke
dalam bilangan oktal.
Sebagai contoh,
bilangan 111100110012 dapat dikelompokkan
menjadi: 11 110 011 001,
sehingga:
112 = 38,
MSB
1102 = 68
0112 = 38
0012 = 18,
LSB
Jadi, bilangan biner 111100110012 apabila
diubah menjadi bilangan oktal = 36318.
2.5.6. Konversi
bilangan biner ke heksadesimal.
Bilangan biner dapat diubah menjadi bilangan
heksadesimal dengan cara mengelompokkan setiap empat digit dari bilangan biner
tersebut dimulai dari digit paling kanan (LSB). Kemudian, setiap kelompok
diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Sebagai
contoh, 01001111010111102 dapat
dikelompokkan menjadi: 0100 1111 0101 1110. Sehingga:
01002 = 416,
MSB
11112 = F16
01012 = 516
11102 = E16,
LSB
Dengan demikian, bilangan
01001111010111102 =
4F5E16.
2.5.7. Konversi bilangan oktal ke desimal.
Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem posisional
dimana tiap-tiap digit oktal mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas
posisinya terhadap titik oktal seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.5.
84
|
83
|
82
|
81
|
80
|
8-1
|
8-2
|
Bobot tiap-tiap digit oktal
|
Titik
oktal
4096
|
512
|
64
|
8
|
1
|
0.125
|
0.015625
|
Ekivalensinya dalam desimal
|
Titik
desimal
Tabel 2.5. Daftar Bobot
tiap digit bilangan oktal dan ekivalensinya dalam
desimal
Oleh karena itu bilangan oktal dapat
dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot kali
nilai-nilai dari masing-masing posisinya.
Sebagai contoh,
untuk mengubah bilangan oktal 3728 menjadi bilangan desimal dapat dilakukan sebagai
berikut:
3
7
2
Oktal
3x82 +
7x81 + 2x80
192 +
56 + 2
=
250
Desimal
Sehingga
bilangan oktal
3728 berubah menjadi bilangan desimal 25010.
2.5.8. Konversi
bilangan oktal ke biner.
Konversi dari bilangan oktal ke bilangan
biner dilakukan dengan cara mengubah setiap digit pada bilangan oktal secara terpisah menjadi ekivalen biner 3 digit, seperti yang terlihat pada Tabel 2.6.
Digit
oktal
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
Ekivalen
biner 3 bit
|
000
|
001
|
010
|
011
|
100
|
101
|
110
|
111
|
Tabel 2.6. Ekivalen setiap digit
bilangan oktal menjadi 3 bit bilangan biner
Sebagai contoh, bilangan oktal 35278 dapat diubah menjadi bilangan biner dengan cara sebagai berikut:
38 = 0112, MSB
58 = 1012
28 = 0102
78 = 1112, LSB
Sehingga bilangan
oktal 35278 sama dengan bilangan biner 011 101 010 1112.
2.5.9. Konversi
bilangan oktal ke heksadesimal.
Konversi dari bilangan oktal ke bilangan
heksadesimal dapat dilakukan dengan cara mengubah bilangan oktal ke
bilangan biner atau ke bilangan desimal terlebih dahulu. Sebagai contoh, bilangan oktal3278 dapat diubah menjadi bilangan heksadesimal dengan
cara diubah dulu ke bilangan desimal, sebagai berikut:
Oktal
3
2
7
Desimal
3x82 + 2x81 +
7x80 = 215
Selanjutnya hasil bilangan desimal diubah ke bilangan heksadesimal,
215/16 = 13, sisa 710 = 716, LSB
13/16 = 0, sisa 1310 = D16, MSB
Sehingga, 3278 = 215 10 = D716.
Cara lain diubah dulu ke bilangan
biner, sebagai berikut:
Oktal
3
2
7
Biner
011
010 111
Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap empat bit dimulai dari digit paling kanan(LSB). Kemudian, setiap
kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Biner
0
1101 0111
Heksadesimal
0
D
7
Sehingga, 3278 = 110101112 = D716.
2.5.10. Konversi
bilangan heksadesimal ke desimal.
Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu
sistem posisional dimana tiap-tiap digit heksadesimal mempunyai bobot tertentu
berdasarkan atas posisinya terhadap titik heksadesimal seperti yang ditunjukkan
pada tabel 2.7.
162
|
161
|
160
|
16-1
|
16-2
|
Bobot tiap-tiap digit heksadesimal
|
Titik
heksadesimal
256
|
16
|
1
|
0.0625
|
0.00390625
|
Ekivalensinya dalam desimal
|
Titik
desimal
Tabel 2.7. Daftar Bobot tiap digit bilangan heksadesimal dan ekivalensinya dalam desimal
Oleh karena itu bilangan heksadesimal
dapat dikonversikan ke bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot kali
nilai-nilai dari masing-masing posisinya.
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal 152B16 dapat diubah menjadi bilangan desimal dengan carasebagai berikut:
152B16
= (1 x 163) + (5 x 162) + (2 x 161)
+ (11 x 160)
= 1 x 4096 + 5 x 256 + 2 x 16 + 11 x 1
= 4096 + 1280 + 32 + 11
= 541910
Sehingga, 152B16 = 541910
2.5.11. Konversi bilangan heksadesimal ke
biner.
Konversi dari bilangan heksadesimal ke
bilangan biner dapat dilakukan dengan cara mengubah setiap digit pada
bilangan heksadesimal secara terpisah menjadi ekivalen biner 4 bit, seperti yang terlihatpada Tabel 2.8.
Digit Heksadesimal
|
Ekivalen biner 4 bit
|
0
|
0000
|
1
|
0001
|
2
|
0010
|
3
|
0011
|
4
|
0100
|
5
|
0101
|
6
|
0110
|
7
|
0111
|
8
|
1000
|
9
|
1001
|
A
|
1010
|
B
|
1011
|
C
|
1100
|
D
|
1101
|
E
|
1110
|
F
|
1111
|
Tabel 2.8. Ekivalen setiap digit
dari bilangan heksadesimal menjadi 4 bit bilangan biner
Sebagai
contoh, bilangan
heksadesimal 2A5C16 dapat
diubah ke bilangan biner sebagai berikut.
216 = 0010, MSB
A16 = 1010
516 = 0101
C16 = 1100, LSB
Sehingga, bilangan heksadesimal 2A5C16 dapat diubah menjaid bilngan biner
0010 1010 0101 11002.
2.5.12. Konversi bilangan heksadesimal ke
oktal.
Konversi dari bilangan heksadesimal ke
bilangan oktal dapat dilakukan dengan cara mengubah bilangan heksadesimal
ke bilangan biner atau ke bilangan desimal terlebih dahulu.
Sebagai
contoh, bilangan
heksadesimal 9F216 dapat diubah menjadi bilangan oktal dengan cara
diubah dulu ke bilangan desimal, sebagai berikut:
Heksadesimal
9
F
2
Desimal
9x162 + 15x161
+ 2x160 =
2304 + 240
+ 2 = 254610
Selanjutnya hasil bilangan desimal
diubah ke bilangan oktal,
2546/8 = 318,
sisa 210 = 28, LSB
318/8 = 39,
sisa 610 = 68,
39/8 = 4,
sisa 710 = 78,
4/8 = 0,
sisa 410 = 48, MSB
Sehingga, 9F216 = 2546 10 = 47628.
Cara lain diubah dulu ke bilangan
biner, sebagai berikut:
Heksadesimal
9
F
2
Biner
1001 1111
0010
Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap tiga bit dimulai dari digit paling kanan (LSB).Kemudian, setiap
kelompok diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Biner
100
111 110
010
Heksadesimal
4
7
6
2
Sehingga, 9F216 =
1001111100102 = 47628.
2.6. Bilangan Biner Pecahan
Dalam sistem bilangan desimal, bilangan pecahan disajikan dengan menggunakan
titik desimal. Digit-digit yang berada di sebelah kiri titik desimal mempunyai
nilai eksponen yang semakin besar, dan digit-digit yang berada di sebelah kanan
titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin kecil.
Sehingga,
0.110 = 10-1
= 1/10
0.1010 = 10-2‑ =
1/100
0.2 = 2 x
0.1 = 2 x 10-1, dan seterusnya.
Cara yang sama
juga bisa digunakan untuk menyajikan bilangan biner pecahan. Sehingga,
0.12 = 2-1
= ½, dan
0.012
= 2-2‑ =
½2 = ¼
Sebagai contoh,
0.1112
= 1/2 +
1/4 + 1/8
= 0.5 + 0.25 + 0.125
= 0.87510
101.1012 =
4 + 0 + 1+ ½ + 0 + 1/8
= 5 + 0.625
= 5.62510
Pengubahan bilangan pecahan dari desimal ke biner
dapat dilakukan dengan cara mengalikan bagian pecahan dari bilangan desimal
tersebut dengan 2, bagian bulat dari hasil perkalian merupakan pecahan dalam
bit biner. Proses perkalian diteruskan pada sisa sebelumnya sampai hasil
perkalian sama dengan 1 atau sampai ketelitian yang diinginkan. Bit biner
pertama yang diperoleh merupakan MSB dari bilangan biner pecahan. Sebagai
contoh, untuk mengubah 0.62510 menjadi bilangan biner dapat
dilaksanakan dengan
0.625 x 2 = 1.25, bagian
bulat = 1 (MSB), sisa = 0.25
0.25 x 2 =
0.5, bagian bulat
= 0, sisa = 0.5
0.5 x 2 = 1.0,
bagian bulat = 1
(LSB), tanpa sisa
Sehingga,
0.62510
= 0.1012
2.7.
Penjumlahan , pengurangan biner
2.7.1. Penjumlahan
Bilangan Biner
Pertambahan atau penjumlahan pada sistem bilangan binari dilakukan dengan cara yang sama dengan penjumlahan pada sistem bilangan desimal. Dasar pertambahan/penjumlahan pada masing-masing digit bilangan binari adalah sebagai berikut :
Pertambahan atau penjumlahan pada sistem bilangan binari dilakukan dengan cara yang sama dengan penjumlahan pada sistem bilangan desimal. Dasar pertambahan/penjumlahan pada masing-masing digit bilangan binari adalah sebagai berikut :

Contoh pertambahan bilangan binari misalnya 1111 + 10100 hasilnya adalah 100011
dengan cara sebagai berikut :

2.7.2. Pengurangan Bilangan Biner
Pengurangan pada sistem bilangan binari dilakukan dengan cara yang sama dengan pengurangan pada sistem bilangan desimal. Dasar pengurangan untuk masing-masing digit pada sistem bilangan binari adalah sebagai berikut :
Pengurangan pada sistem bilangan binari dilakukan dengan cara yang sama dengan pengurangan pada sistem bilangan desimal. Dasar pengurangan untuk masing-masing digit pada sistem bilangan binari adalah sebagai berikut :

Berbagai contoh pengurangan pada sistem bilangan binari bisa dilihat dibawah
ini :


2.8. KOMPLEMEN (COMPLEMENT)
Pengurangan
juga bisa dilakukan dengan komplemen. Komplemen ada du macam yaitu :
§
Komplemen
basis minus 1 (radix-minus-one complement)
§
Komplemen basis
(radix complement)
Pada sistem
bilangan desimal dikenal dua macam komplemen yaitu :
§
Komplemen 9
(9s complement)
§
Komplemen 10
(10s complement)
Sedangkan
pada sistem bilangan binari juga ada 2 macam komplemen yaitu :
§
Komplemen 1
(1s complement)
§
Komplemen 2
(2s complement)
Contoh
pengurangan dengan komplemen 9 pada sistem bilangan desimal adalah seperti
berikut :


Komplemen 9 dari suatu sistem bilangan desimal dilakukan dengan mengurangkan
angka 9 untuk masing-masing digit dalam bilangan pengurangan. Perhatikan, pada
komplemen 9, digit 1 paling ujung kiri dipindahkan untuk ditambahkan pada digit
yang paling kanan.
Contoh pengurangan dengan komplemen 10 pada sistem bilangan desimal bisa dilihat pada contoh berikut :

Contoh pengurangan dengan komplemen 10 pada sistem bilangan desimal bisa dilihat pada contoh berikut :

Komplemen 10 dari bilangan desimal adalah hasil komplemen 9 ditambah 1,
misalnya komplemen 10 dari nilai 321 adalah 679 (atau dengan cara 1000 – 321 =
679). Pada komplemen 10, hasil digit 1 yang paling kiri dibuang (tidak
digunakan).
Cara yang sama dapat dilakukan pada sistem bilangan binari. Contoh pengurangan pada sistem bilangan binari dengan komplemen 1 adalah sebagai berikut :

Cara yang sama dapat dilakukan pada sistem bilangan binari. Contoh pengurangan pada sistem bilangan binari dengan komplemen 1 adalah sebagai berikut :

Komplemen 1 di sistem bilangan binari dilakukan dengan mengurangkan setiap bit
(digit) dari nilai 1, atau dengan mengubah setiap bit 0 menjadi 1 dan bit 1
menjadi 0. Dengan komplemen 1, hasil digit paling kiri dipindahkan untuk
ditambahkan pada bit paling kanan.
Sedangkan contoh pengurangan dengan komplemen 2 pada sistem bilangan binari adalah sebagai berikut :

Sedangkan contoh pengurangan dengan komplemen 2 pada sistem bilangan binari adalah sebagai berikut :

Komplemen 2 pada sistem bilangan binari adalah hasil dari komplemen 1 ditambah
1, misalnya komplemen 2 dari binari 10110 adalah 01010 (dari komplemen 1 yaitu
01001 ditambah 1). Dengan komplemen 2, hasil digit paling kiri dibuang (tidak
digunakan).
2.8.1. Perkalian Bilangan Biner
Perkalian pada sistem bilangan binari dilakukan dengan cara yang sama dengan perkalian pada sistem bilangan desimal. Dasar perkalian untuk masing-masing digit pada sistem bilangan binari adalah sebagai berikut :
Perkalian pada sistem bilangan binari dilakukan dengan cara yang sama dengan perkalian pada sistem bilangan desimal. Dasar perkalian untuk masing-masing digit pada sistem bilangan binari adalah sebagai berikut :


Perhatikan, ada 2 keadaan dalam perkalian pada sistem bilangan binari yaitu :
§
Jika pengali
adalah bilangan 1, maka cukup disalin saja.
§
Jika pengali
adalah bilangan 0, maka hasilnya semuanya 0.
2.8.2. Pembagian
Bilangan Biner
Pembagian pada sistem bilangan binari juga dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pembagian bilangan desimal. Pembagian dengan 0 tidak mempunyai arti, sehingga dasar pembagian pada sistem bilangan binari adalah sebagai berikut :
Pembagian pada sistem bilangan binari juga dilakukan dengan cara yang sama seperti pada pembagian bilangan desimal. Pembagian dengan 0 tidak mempunyai arti, sehingga dasar pembagian pada sistem bilangan binari adalah sebagai berikut :


DAFTAR
PUSTAKA:
Komentar
Posting Komentar